Selasa, 11 September 2012

MASIH RELEVANKAH GELAR “OMPU I” BAGI EPHORUS HKBP SAMPAI SAAT INI?[1]

Berbicara mengenai gelar ompu i, maka yang terlintas dalam benak saya mengarah kepada panggilan untuk Ephorus HKBP yang masih saya pertanyakan, apakah gelar ini masih relevan sampai saat ini. Seperti kita tahu bahwa gelar ompu i pertama kali diberikan kepada Nommensen. Berdasarkan hal itu, melalui tulisan ini kita akan melihat bagaimana relevansi gelar ompu i ini digunakan dengan memahami arti kata ompu dan sosok Nommensen, sehingga dari hal ini kita akan melihat kesinambungannya bagi gelar Ephorus HKBP sampai saat ini.

Dalam Kamus Batak Toba yang dikarang J. Warneck, kata ompu memiliki beberapa pengertian, antara lain (Warneck 2001, 224, 253):
a. Ompu, yang berarti nenek dan kakek, yang memiliki penurunan kata berupa ompung yang berarti panggilan untuk nenek dan daompung panggilan untuk kakek.
b. Ompu, yang berarti pemilik (nampuna), yang empunya, yang memiliki.
c. Ompu, yang memiliki penurunan kata ompu-ompu yang berarti sejenis tanaman berbunga putih.

Berdasarkan ketiga pengertian di atas, saya menangkap terdapat pemahaman yang saling berkaitan pada pengertian ompu dalam pengertian pertama dan pengertian kedua. Kata ompu dalam pengertian pertama mengarah kepada struktur silsilah keturunan yang berkedudukan sebagai struktur tertinggi dalam keturunan tersebut. Sedangkan dalam pengertian kedua mengacu pada kepemilikan, yang empunya, yang menciptakan segala sesuatu.

Dari kedua pengertian ini dapat dipahami bahwa kedua pengertian tersebut memiliki persamaan yang menyatakan tentang penghormatan pada seseorang. Misalnya, kata ompu dalam pengertian pertama memiliki penurunan kata ompung sebagai wujud penghormatan untuk memanggil orang yang strukturnya lebih tinggi dalam hubungan keluarga tersebut. Dan kata ompu dalam pengertian kedua memiliki penurunan kata “nampuna” yang berarti yang empunya, sang pemilik, sang pencipta segala sesuatu.

Gelar ompu i yang pertama kali diberikan orang Batak untuk orang non-Batak adalah kepada I.L. Nommensen. Pada orang Batak masa itu, gelar ompu i tersebut digunakan kepada Sisimangaraja XII, raja yang memiliki kekuasaan atas Silindung. Pemberian gelar ompu i kepada Nommensen dikarenakan Nommensen menghormati karya nyata dalam kehidupan orang Batak dan keberhasilannya dalam melakukan penginjilan dan menyebarkan Kabar Baik bagi orang Batak (Sihombing 2012, 15).

Hal ini dilakukannya dengan menggunakan jalur budaya untuk mempelajari budaya dan adat-istiadat setempat dengan pola pikir yang hikmat dan bersahala. Selain itu, pemberian gelar ompu i juga diberikan atas penyertaan Tuhan karena selalu menjaganya sehingga upaya pembunuhan yang dilakukan selalu gagal. Karena kegagalan inilah, orang Batak pada masa itu menganggap dirinya sebagai utusan Debata Mulajadi Na Bolon (Bdk. Operet Nommensen). Dengan demikian, gelar ompu i yang diberikan kepada Nommensen memiliki makna atas penghormatan kepadanya sebagai sosoknya yang berhikmat dan dianggap orang Batak sebagai Nampuna, yang empunya.


Setelah Nommensen meninggal, gelar ompu i juga diberikan kepada Ephorus HKBP. Hal ini menyebabkan bahwa Ephorus HKBP memiliki gelar ompu i. Berdasarkan pengertian dari kata ompu i, kita dapat melihat juga fungsi dan peran ompu i dari kedua pengertian di atas dan sosok diri Nommensen. dari pengertian kata ompu pada pengertian pertama fungsi dan peran ompu sebagai sosok yang memberikan teladan, sumber berkat, tempat bertanya, mengayomi, melindungi, penasihat, penyayang dan penuh kesabaran. Fungsi dan peran pada pengertian pertama ini saya analogikan dengan sosok ompung. Berdasarkan pengalam saya, sosok ompung yang saya rasakan tergambar dari penyabaran sifat-sifat tersebut. Sosok ompung dirasakan sebagai orangtua yang berperan sebagai sahabat, pelindung, pengayom yang dilakukan tanpa ada unsur perintah.

Selain itu, berdasarkan pengertian kedua mengenai ompu sebagai nampuna memiliki fungsi dan peran sebagai sosok pemimpin tertinggi di dalam gereja HKBP. Oleh karena itu, sosok ompu i”mendapatkan penghormatan tertinggi dalam struktural HKBP. Berdasarkan fungsi dan peran ompu yang dilihat dari kedua arti kata tersebut, ternyata tampak dalam sosok prbadi Nommensen sehingga ia mendapatkan gelar tersebut.

Selanjutnya, jika dikaitkan relevansinya untuk masa kini, saya menjawab: MASIH! Hal ini dikarenakan gelar ompu i bukanlah suatu gelar yang biasa, melainkan suatu wujud penghormatan terhadap sosok pemimpin yang mencerminkan makna, fungsi dan peran dari arti kata ompu tersebut. Gelar ini pun hanya diberikan kepada Ephorus HKBP. Hal ini juga berarti sosok Ephorus HKBP yang dipahami dan diharapkan adalah sosok pemimpin yang memiliki wibawa (sahala) yang dapat memberikan teladan bagi orang Batak dan jemaat yang dipimpinnya. Dengan demikian, relevansi gelar ompu i sampai saat ini perlu diperhatikan dengan baik, dengan harapan sosok pemimpin yang diharapkan dapat bersikap yang mencerminkan akan makna, fungsi dan peran dari arti kata ompu i yakni: bersahabat, pengayom, pelindung, tempat bertanya, penasihat dan bukan yang hanya memerintah.




Sumber Bacaan dan Sumber Lainnya:
Sihombing, Sikpan. 2012. Makalah Orientasi: Informasi Awal Tentang Kekristenan di Tanah Batak.
Warneck, J. 2001. Kamus Batak Toba-Indonesia. Medan: Bina Media, 2001.
Operet Nommensen karya TB. Silalahi



[1] Paper Orientasi Bakal Calon Pelayan HKBP 2012 yang telah dipresentasikan pada 03 September 2012.