Sabtu, 16 Februari 2013

"MERINDU"

Malam ini agaknya diri sedang merimangi relung hati yang menepi di sudut di kamar ini.
Kuliat tumpukan foto-foto menyanubari hati.
Ah, kapan kiranya bisa kembali ke masa-masa ini.
Mustahil kiranya mengulang waktu yang telah terlewati.
Helaan nafas pun terdengar mengingat akan setiap peristiwa yang terjadi.
Kini, yang terintas di benak diri hanya kapankah diri ini bisa kembali bersama-sama dengan mereka lagi.
Yang pasti, ku yakin itu akan sebentar lagi terjadi.
Pasti, dan pasti itu harus terjadi.
Karena, rasa rindu ini semakin mengerogoti hati.
Rasa rindu ini harus segera terobati.
Terobati untuk dapat memeluk, bercengkraman dengan semua orang yang dikasihi dan mengasihi.
Ohhh…rindu hati ini…

-di.sudut.kamar.ini.kutorehkan.tulisan.ini.sebagai.penawar.hati.yang.sedang.merindu-
---enambelasfebruariduaributigabelas---
....jamduapuluhdualewattigapuluhmenit...

Rabu, 06 Februari 2013

"25 Tahun Kini Dihadapi: Masih Bergelora Dalam Penantian dan Pengharapan Dengan Penuh Perjuangan"



Lima februari seribu sembilan ratus delapan puluh delapan, dua puluh lima tahun yang lalu, di rumah salah satu bidan, di daerah jakarta barat, telah lahir seorang bayi puteri batak pada pukul lima pagi hari. Sang bayi ini dalam proses kelahirannya memiliki perjuangan untuk dapat dilahirkan dengan selamat.

Sebelum jam lima pagi, sang ibu mengeluhkan perasaannya kepada sang bidan bahwa ia akan segera melahirkan dengan cepat. Namun, sang bidan tidak merasakan demikian. Sang bidan menyarankan agar sang ibu berjalan-jalan terlebih dulu di pekarangan rumah bidan tersebut agar proses penyalinan nanti berhasil. Tak sanggup menahan rasa sakit tersebut, sang ibu memanggil suaminya.

Bersama suaminya, sang ibu pun melahirkan sang bayi dengan sendirinya. Namun, sang bayi tidak keluar sepenuhnya, sang ibu hanya mampu melahirkan setengah dari badan sang bayi. Merasa tidak sanggup sang ibu pun berteriak-teriak memanggil sang bidan. Sang suami pun segera mencari sang bidan. Sang bidan yang mendengar suara teriakan tersebut pun segera menghampiri sang ibu. Dengan sigap, sang bidan pun menolong sang ibu dan sang bayi dapat keluar dengan selamat. 

Mengenang peristiwa tersebut, orangtua saya pun memberikan nama bidan tersebut kepada saya. Nama bidan tersebut adalah Yanti. Dengan memberikan nama tersebut kepada saya, kedua orangtua saya berharap kelak saya dapat menjadi seorang penolong, seorang penyelamat, seorang yang berarti, berguna, bermanfaat pada setiap orang dan setiap saat dibutuhkan.


Begitulah ulasan singkat mengenai proses kelahiran saya, sang bayi dua puluh tahun lalu yang dilahirkan dengan penuh perjuangan.  

Sekadar merefleksikan arti kelahiran saya di dunia ini, ternyata dari sejak saya dilahirkan penuh dengan proses perjuangan. Berjuang dalam menantikan sang bayi yang akan lahir dan berharap bahwa bayi yang akan lahir adalah seorang perempuan, menurut keinginan kedua orangtua saya agar dapat menemani kakak saya kelak. Proses ini pun dijalani kedua orangtua saya dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang seturut dengan kehendak mereka dan pastinya atas perkenaan Tuhan dalam kehidupan kini.

Dalam pertambahan usia di tahun ini di mana seperempat abad mulai saya jalani, ternyata proses perjuangan itu pun terus menerus menghinggapi diri saya. Pukul lima pagi hari bahkan sebelum jam tersebut saya bersyukur karena Sang Ilahi masih memberikan restu-Nya kepada saya untuk dapat memulai kehidupan saya dalam seperempat abad ini dengan penuh sukacita dan ungkapan syukur. Jika direnungkan kembali, di usia seperempat abad ini saya mampu bertahan dalam penantian dan pengharapan untuk dapat bertemu keluarga saya yang jauh dari saya saat ini. 

Pada usia dua puluh lima tahun ini, saya kembali berjuang dalam proses kehidupan di mana saya masih berpisah sementara bersama keluarga saya. Agak sedih memang, namun dalam satu hari ini saya tidak merasakan kesedihan yang amat mendalam. Biasanya orangtua saya yang selalu mengucapkan selamat ulang tahun, namun di hari ini tidak, mereka bahkan lupa kalau saya ulang tahun hari ini. Mengingat hal ini, jika diikuti dengan perasaan emosi, mungkin akan membuat hati sedih dan kecewa, namun entah mengapa di hari ini hal itu tidak terwujud. Malah, saya yang mengingatkan mereka dan alhasil mereka hanya tertawa geli mendengar hal tersebut. Ibu saya lupa, karena masih dalam perjalanan menuju jakarta dan ayah saya yang sibuk membereskan rumah mengantisipasi banjir akan datang. Mendengar itu saya malah tertawa dalam diri sendiri, untuk apa saya merasa sedih, toh itu bukan disengaja.

Proses perjuangan untuk dapat menahan diri dan terus terproses untuk semakin dewasa pun semakin mendorong saya untuk mewujudkan perubahan sikap dalam pertambahan usia ini. Terlebih-lebih dalam proses perjuangan yang akan saya hadapi kelak.

Biasanya, orang yang sedang ulangtahun merayakan ulang tahunnya dengan teman-teman atau pun dengan keluarganya. Tapi tidak bagi saya saat ini. Saya merayakan ulang tahun dengan proses persiapan dan perjalanan panjang untuk menghadapi penantian yang saya tempuh dengan penuh perjuangan. Lima jam dalam perjalanan tersebut mengingatkan saya akan proses kelahiran yang ibu saya alami ketika hendak melahirkan saya di mana kehidupan yang saya alami memang memiliki proses perjuangan.

Kini, di usia ini saya masih tetap bergelora dalam proses perjuangan tersebut dengan penuh pengharapan akan suatu penantian yang akan saya kelak..


Selamat bergelora, selamat berjuang, selamat berharap, selamat menanti wahai jiwaku yang sudah seperempat abad menyanubari diri..



_05 Februari 1988_05 Februari 2013_ 

Sabtu, 02 Februari 2013

Mari Berkarya!

Beberapa minggu yang lalu ketika saya hendak mengirimkan suatu berkas permohonan, saya diberikan formulir yang salah satu isinya berisikan tentang hobi dan keterampilan yang saya miliki. Pada bagian ini, saya menyelesaikan paling akhir, karena dari sekian kegiatan yang saya lakukan saya harus memilah mana hobi yang saya minati. Setelah merenung dan mengenali diri sendiri, akhirnya saya menyadari bahwa hobi yang saya miliki ternyata berkaitan juga dengan keterampilan yang saya miliki. 

Hobi saya ini saya kaitkan dengan suatu motto dalam diri saya, yakni:
Aku suka berkarya, itu menjagaku tetap produktif, tetap bahagia, dan tetap mengembangkan minatku menjadi manfaat bagi orang banyak!”

Motto ini menjadi penyemangatku dalam menghasilkan suatu karya. 
Karya itu kulakukan dengan MENULIS, yang ternyata menjadi hobi sekaligus keterampilan yang saya miliki.


Ya, Menulis!
Saya mencoba mendefenisikan apa arti menulis bagi diri saya..
Menulis itu...


Mengabadikan...

Ekspresi...

Naluri...

Untuk....

Luapan...

Identitas..

Sendiri...


Itulah MENULIS..


Bagi saya, menulis merupakan ekspresi diri saya yang dapat saya tuangkan dalam kata-kata.

Ketika saya sedang gembira, saya mengungkapkannya dengan menulis.

Ketika saya sedang bersedih, saya mengungkapkannya dengan menulis.

Ketika saya merasa bahwa saya memiliki informasi atau pengetahuan yang dapat saya bagaikan, saya melakukannya dengan menulis.

Lantas, bagaimana dengan Anda?
Apakah anda sudah dapat mengenali hobi dan keterampilan yang anda miliki?
Apapun itu, kenalilah dan minati sejak dini, dan nyatakan itu dalam suatu karya!

Selamat berkarya!