Sabtu, 21 Januari 2012

Khotbah saat CP II di GKP Tanah Tinggi

 
Markus 5: 25-34
“Berharaplah kepada Allah, mendekatlah pada-Nya, dan bersukacitalah!!”

Poin khotbah yang mau diangkat:
1.      Apapun pergumulanmu, berharaplah pada Tuhan.
2.      Pengharapan itu membutuhkan jerih lelah, bukan berlehah-lehah. Butuh kerendahan diri dalam berharap pada-Nya.
3.      Pengharapan kepada Tuhan, Tidak akan sia-sia. Pasti ada hasilnya! Yakni: sukacita dan damai sejahtera dari Allah yang selalu menyertai kehidupan kita. à diaplikasikan ke perjamuan kudus.

Teks Khotbah
            Syaloom bapak-bapak/ibu-ibu... Sekarang ini kita sedang berada dalam situasi yang sulit. Banyak orang takut, cemas dan bimbang dalam hidupnya. Kita banyak menyaksikan hal-hal yang mengejutkan, yang sebelumnya mungkin tidak pernah terpikirkan. Sebagai contoh, akhir-akhir ini, orang yang tinggal di Jakarta mengalami kekuatiran, sebab menurut para ahli, setiap tahun tanah kota Jakarta turun 5 centimeter. Dan diprediksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan kota Jakarta bisa tenggelam.. padahal itu hanya prediksi saja...baru hanya prediksi atau berita yang belum yang pasti saja kita sudah kuatir,..bagaimana jika hal itu terjadi? bagaimana kalau hal yang terburuk itu terjadi pada kita?
            Orangtua ketika anaknya sudah mengalami flu saja,,repotnya minta ampun,,sesegara mungkin ia langsung anaknya di bawa ke dokter terdekat atau mungkin langsung ke rumah sakit. Dengan berbagai upaya dilakukan agar anaknya tidak terserang penyakit. Karena siapa sih yang mau terserang penyakit? Sebisa mungkin kita segera menjauhi setiap penyakit yang akan menyerang tubuh kita,, karena hal itu menyakitkan tuk kita.. Lantas bapa, ibu, saudara yang terkasih bagaimana jika hal-hal tersebut,,bahkan hal yang terburuk itu terjadi di dalam kehidupan kita?
            Melalui bacaan ini, kita belajar dari seorang perempuan pendarahan yang kita baca dalam teks ini. Perempuan yang mengalami pendarahan dalam teks ini juga mengalami perasaan yang sama saat penyakit pendarahan ia derita. Ia tidak mau memiliki penyakit pendarahan tersebut, makanya ia juga berusaha terus menerus agar ia mendapatkan penyembuhan.. Bayangkan saja bapak/ibu, saudara/i yang terkasih, sudah 12 tahun perempuan tersebut mengalami pendarahan di dalam tubuhnya. Bisa kita bayangkan jika setiap hari perempuan tersebut mengeluarkan darah terus menerus. Dan hal yang paling membuat perempuan tersebut menderita adalah, bahwa penyakit yang ia derita ini dianggap penyakit yang menjijikkan atau penyakit yang dianggap sebagai kutukan oleh masyarakat Yahudi pada saat itu karena sudah bertahun-tahun tidak bisa disembuhkan.. apalagi ditambah lagi dengan peran dan kedudukannya sebagai seorang perempuan dalam tradisi yahudi yang dianggap sebagai warga kelas dua..yang termajinalkan.. dengan demikian, dapat kita simpulkan bagaimana menderitanya perempuan tersebut dengan pergumulan yang ia alami saat itu.
            Namun di tengah penderitaaan yang dialami oleh perempuan tersebut bapak-bapak, ibu-ibu yang terkasih, perempuan tersebut tidak hanya pasrah saja dalam menjalani masa penderitaannya.. Namun perempuan tersebut tetap.... (poin 1: berharap pada Allah),  Ia menyerahkan pergumulan-Nya kepada Yesus dengan hanya menjamah jubah Yesus saja perempuan tersebut berharap dan yakin Yesus akan menyembuhkan. Mengapa perempuan ini yakin bahwa Yesus dapat menyelamatkannya? Padahal sudah 12 tahun ia menderita. Ternyata bapak, ibu, dahulu tahu bahwa akan ada penyelamat walaupun ia belum mengenal namun sudah menyakini bahwa Yesus akan menyembuh. Ia selamat.
            Kitab-kitab Injil sering kali mengisahkan tentang orang sakit yang menjamah Yesus (Mr 3:10; 5:27-34; 6:56) atau Yesus yang menjamah mereka (Mr 1:41-42; 7:33-35; Mat 8:3,15; 9:29-30; 20:34; Luk 5:13; Luk 7:14-15; 22:51). Sentuhan dan kehadiran Yesus itulah yang terutama. Sentuhan-Nya berkuasa untuk menyembuhkan karena Ia mengasihani kelemahan kita dan Ia adalah sumber kasih karunia dan kehidupan (Ibr 4:16). Tanggung jawab kita dalam mendambakan kesembuhan adalah mendekatkan diri kepada Yesus serta hidup di hadapan-Nya..
            Namun, bapa, ibu, saudara yang terkasih. Pengharapan kita kepada Allah bukannya merupakan sesuatu yang gampang ada lika-liku yang terjadi dan inilah yang menjadi pon kedua yang dapat pahami dari kisah ini Bapak/ibu, saudara yang terkasih adalah walaupun di tengah penderitaan yang ia alami, ia terus berjuang untuk mendapatkan kesembuhan. Segala cara ia lakukan dan ia tidak pantang menyerah. Di sinilah hal yang patut kita pelajari dari sosok perempuan tersebut. Ia tidak pantang menyerah. (lihat ayat 25-27).
             Di tengah kelemahan fisik yang ia jalani ia tidak pernah lelah tuk mendapatkan kesembuhan. Apapun itu rintangannya, walaupun ia gagal namun ia tetap berjuang, sabar, gigih dan tabah untuk menjalani penderitaannya..itu poin kedua yang dapat kita pelajari.
            Selanjutnya, bapak/ibu, saudara yang terkasih, mengapa perempuan tersebut dapat tetap teguh. (1 korintus 15: 58), tidak goyah. Sebab kita tahu bahwa pengharap kita dengan Tuhan tidak akan sia-sia. begitu juga dengan perkataan yang diucapkan oleh Pemazmur dalam pasalnya yang ke-42 ayat 6. Bahwa Pengharapan kepada Allah sungguh indah dan tidak mengecewakan. Pengharapan kepada manusia hanya sia sia dan bersifat sementara tetapi di dalam Tuhan, kita menemukan pertolongan. Tetapi sebagai orang percaya kita yakin bahwa apapun dan sebesar apapun ancaman yang menerpa hidup kita, Tuhan pasti memelihara dan melindungi.
            Ilustrasi: jemaat yang mencurahkan pergumulannya yang kepada pendeta dan belum dijawab,... namun ingat setia doa yang kita panjatkan itu semuanya di JAWAB namun BELUM TENTU DIKABULKAN. Dan inilah cirinya jika kita menjadi orang yang beriman kepada Tuhan.. bukan hasil yang kita petik..namun prosesnya..dan proses pengharapan kepada Tuhan itu yang menjadi kunci sukses kita.
             (Masuk ke aplikasi.. refleksinya: penekanannya untuk minggu depan perjamuan kudus dan melihat video....(heavenly hope).. Dengan melihat video ini kita dapat belajar bahwa Pengharapan kepada Tuhan tidak akan sia-sia.
Sama seperti lagu dari NKB 128 “Ku berserah kepada Allahku”. Bukan berarti Allah tidak menjaga kita justru ia selalu menjaga kita
selesai....
            Semoga di masa kita mempersiapkan diri dalam melakukan perjamuan kudus kita senantiasa dikuatkan oleh Allah dengan tetap berharap pada-Nya akan apapu pergumulan kita dan kita senantiasa berusaha mendekatkan diri pada-Nya, sebab semuanya tidak ada yang sia-sia.. Karena Kasih Allah kekal adanya dan Allah memiliki kerinduan untuk memenuhi kebutuhan kita Amin.. J

GKP Tanah Tinggi, Minggu, 03 Juli 2011
Yanti P. Napitupulu
CP 2